SELAMAT DATANG

Selasa, 08 Oktober 2013

KESASTRAAN NILAI PENDIDIKAN DALAM KABANTINO GANDA PADA MASYARAKAT MAWASANGKA TENGAH KABUPATEN BUTON #

NAMA MAHASISWA           :  ADE LIANA
STAMBUK                             :  A1D1 11 048   
TUGAS                                   :  KESASTRAAN           

NAMA PENELITI                   : ARFILI

NOMOR STAMBUK              : A1D1 07 085

PROGRAM STUDI                 : PBSID UNIV. HALU OLEO

JUDUL PENELITIAN           : NILAI PENDIDIKAN DALAM  KABANTINO GANDA  PADA            MASYARAKAT MAWASANGKA TENGAH KABUPATEN BUTON

DOSEN PEMBIMBING          :  PEMBIMBING I                    
                                                    Dr. La Niampe, M.Hum. 
                                                    PEMBIMBING II
                                                   Irianto Ibrahim, S.Pd., M. Pd.

TAHUN SKRIPSI                      :  2011


ADE LIANA
A1D1 11 048

ABSTRAK
“ Nilai Pendidikan dalam Kabantino Ganda pada  Masyarakat  Mawasangka Tengah Kabupaten  Buton”. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya kenyataan bahwa setiap daerah di Indonesia memiliki keunikan dan kekayaan sastra tersendiri.
    Masalah dalam  penelitian  adalah  Nilai pendidikan apa sajakah  yang terdapat dalam kabantino ganda?. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendaskripsikan  nilai-nilai pendidikan yang  terdapat dalam  Kabantino Ganda. Manfaat yang diharapkan dalam penelitian iniadalah sebagai bahan pembinaan dan pengembangan bahasa nasional, khususnya makna Kabantino Ganda pada masyarakat Mawasangka tengah sekaligus menjadi penopang bagi pembinaan dan pengembangan sastra daerah.
    Metode yang digunakan adalah metode deskriptif  kualitatif . Data dalam penelitian ini adalah data lisan berupa tuturan atau nyanyian yang disebut Kabantino Ganda pada masyarakat Mawasangka Kecamatan Mawasangka Tengah.. Sumber  penelitian ini adalah informan di lapangan  yanh dianggap memiliki pengetahuan  tentang  Kabantino Ganda yang dikenal dengan nama paganda (raja gendang) pada masyarakat Mawasangka Kecamatan Mawasangka Tengah. Teknik pengumpulan data adalah teknik elisitasi, rekaman dan catat. Teknik yang digunakan dalam menganalisis data adalah dengan menggunakan pendekatan semiotika. Kemudian langkah selanjutnya adalah Transkripsi, terjemahan dan analisis.
    Jenis penelitian ini termasuk penelitian lapangan. Berdasarkan pembahasan hasil penelitian ada 12 jenis Kabantino Ganda. Namun, dalam penelitian ini tiga jenis Kabantino Ganda yang mempunyai nilai pendidikan, yaitu: (1)  Kabantino Saha adalah nyanyian yang menceritakan kita sekalian manusia yang pada mulanya satu, kemudian tersebar disegala penjuru dunia beseta segala aturan hidup di dalamnya, (2) Kabantino Yisa adalah nyanyian yang mengisahkan keberadaan ari-ari bayi yang tidak mau ke luar dari rahim walaupun bayi sudah lahir, dan (3) Kabantino Yoai adalah nyanyian yang mengisahkan bayi pada saat dilahirkan. Nilai pendidikan pendidikan dalam Kabantino Ganda terdiri dari dua nilai yaitu: () Nilai pendidikan religius, (2) Nilai pendidikan sosial.

Kata kunci : Nilai, pendidikan, kabantino ganda

1.    PENDAHULUAN
1.1     Latar Belakang dan Kajian Pustaka
1.1.1    Latar Belakang

      Masalah Kabanti sudah banyak diangkat oleh peneliti-peneiti sebelumya. Namun, penulis belum menemukan yang mengangkat tentang nilai pendidikan dalam Kabantino Ganda pada masyarakat Mawasangka Kecamatan Mawasangka Tengah. Adapun penelitian yang pernah diteliti diantaranya yakni dilakukan oleh Waode Nursia (1996) yang membahas “Ajaran Tasauf dalam Kabanti Kaokabhi Mainawa Karya Abdul Hadi”,  La Hamudin (2011) yang membahas “Kabhanci Sebagai Bentuk Puisi Lama Masyarakat Cia-Cia Pulau Batuatas Kabupaten Buton”, Sulfiah (2011) yang membahas “Kabhanti  Sebagai Salah Satu Bentuk Puisi Lama dalam Masyarakat Gu Kecamatan Lakudo Kabupaten Buton”, Erti Laihi (2004) yang membahas tentang “Religiositas dalam Kabanti Bula Malino”,dan Baharuddin (2004) yang membahas tentang “Bentuk dan makna Kabanti dalam Masyarakat Mawasangka”.
       Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik mengkaji Nilai Pendidikan dalam Kabantino Ganda pada  Masyarakat  Mawasangka Kecamatan Mawasangka Tengah karena di dalamnya terdapat syair-syair yang mengandung nilai pendidikan. .
       Masalah dalam  penelitian  adalah  Nilai pendidikan apa sajakah  yang terdapat dalam kabantino ganda?. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendaskripsikan  nilai-nilai pendidikan yang  terdapat dalam  Kabantino Ganda. Serta manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah sebagai bahan pembinaan dan pengembangan bahasa nasional, khususnya makna Kabantino Ganda pada masyarakat Mawasangka tengah sekaligus menjadi penopang bagi pembinaan dan pengembangan sastra daerah

1.1.2    Kajian Teori
1.1.2.1    Sastra Lisan
       Istilah sastra lisan di dalam bahasa Indonesia merupakan  terjemahan dari bahasa Inggris “oral literature”. Yang dimaksud dengan sastra lisan adalah kesusastraan yang mencakup kesusastraan warga suatu kebudayaan yang disebarkan atau diturun temurunkan secara lisan dari mulut ke mulut (Danadjaja, 1984:74). Sementara itu, Teeuw (1984) memberikan pemahaman bahwa karya tersebut berkembang dari mulut ke mulut, yang berarti sastra itu berkembanh melalui komunikasi pendukungnya.
          Atmazaki (1986:82) mengatakan bahwa sastra lisan adalah sastra lama yang disampaikan secara lisan dari mulut ke mulut oleh seorang pencerita atau penyair kepada seseorang atau kelomok pendengar.
1.1.2.2    Kabanti sebagai Tradisi Lisan Masyarakat Mawasangka
          Salah satu kebudayaa masyarakat Mawasangka kecamatan Mawasangka Tengah yang dikenal adalah kabhanti. Secara etimologi kabanti berasal dari bahasa Wolio, terdiri dari dua morfem yaitu morfem terikat ka- dan morfem bebas banti. Morfem terika ka- berfungsi sebagai pembentuk kata benda, sedangkan morfem bebas Banti mengandung pengertian puisi. Jadi, kata Kabanti berarti ‘ikhwal puisi’ (la Niampe, 1997: 8).
         Dijelaskan oleh Laode Nsaha (1978: 235), (dalam Sumiman Udu, 2009: 57) kabanti berarti puisi yang berisi mutiara-mutiara kebijaksanaan atau pernyataan rasa dalam bentuk yang amat digemari dan mengenai dasar hati bahkan dalam situasi pembicaraan umum maupun dalam suasana dari hati ke hati.
1.1.2.3    Konsep Nilai
        Daccase mengatakan bahwa nilai dari sesuatu atau hal ditentukan oleh hasil interaksi antara subyek yang menilai dan obyek yang dinilai atau hasil interaksi dua variabel atau lebih. Sementara  Britania itu mengatakan “nilai adalah suatu penetapan atau suatu kualitas se uatu obyek yang menyangkut suatu jenis atau minat”. (Daroeso, 1986: 19 )
        Nilai mengandung harapan atau sesuatu yang diinginkan oleh manusia. Karena itu nila bersifat normatif, merupakan keharusan (das solen) untuk diwujudkan dalam tingkah laku kehidupan manusia (Daroeso, 1986: 20 ).
1.1.2.4    Pengertian Pendidikan
      Menurut Fuad Hasan (1988: 23) dalam sambutannya pada sidang MPR RI 16 September 1988 menjelaskan bahwa pendidikan adalah usah sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau latihan bagi perannya di masa yang akan datang.
    Makna pendidikan secara sederhana dapat diartikan sebagai usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan. Dengan demikian, bagaimanapun sederhananya peradaban manusia, di dalamnya terjadi atau berlangsung proses pendidikan (Syam, 1981: 2).
1.1.2.5    Nilai Pendidikan dalam Sastra
       Davis (dalam Faruk, 1999: 84) bahwa fungsi kesusastraan adalah untuk mendidik massa untuk tidak menjadi radikal, kasar melainkan berperasaan dan berpikiran halus dan anggun.
Amir (1993:24) mengungkapakan bahwa sebuah karya sastra yang baik harus memenui keutuhn dan keterpaduan, yakni karya (sebagai karya estetika) yang tidak lepas dari prinsip moral (etika). Pandangan hidup manusia (filsasfat) dan rasa keagamaan (religi).
        Jadi, dapat diartikan bahwa nilai pendidikan dalam sastra adalah suatu penghargaan yang diberikan oleh sekelompok orang kepada orang-orang tertentu sebagai cermin tingkat pola berpikir dalam melihat suatu obyek yang diamatinya.
1.1.2.6    Nilai Pendidikan Religius
       Sastra dan religius mempunyai hubungan yang sangat erat. Banyak diantara karya sastra merupakan sarana penyampaian nilai-nila religius. Bahkan, ada diantara banyak sastra yang karena nilai religiusnya sehingga tidak sembarangan tidak sembarangan orang dapat melihat atau membacanya. Fenomena religius dalam sastra pada kenyataannya tidak dapat dipungkiri seperti yang dikatakan oleh Manguwijaya (1988: 11) pada awalnya semua sastra itu ada religiusnya. Hal ini berarti bahwa sastra itu semula lahir untuk kebaktian manusia kepada Tuhan,  kehadirannya tidak jarang bersamaan dengan upacara keagamaan tertentu.
        Adanya religius dalam sastra merupakan akibat logis dari  kenyataan bahwa sastra lahir dari pengarang, yang merupakan pelaku atau penikmat. Oleh sebab itu, apa yang terdapat dalam sastra berkisar pada masalah kehidupan manusia dan tidak terlepas dari masalah religius.
1.1.2.7    Nilai Pendidikan Moral
      Moody (dalam Jabrohim, 1994: 6) menyatakan bahwa studi sastra benar-benar telah dijamin dapat memberikan andil yang penting dalam masyarkat maju yang dihadapkan kepada problem-problem nyata dan keras.
     Salah satu jalan yang dapat dimanfaatkan untuk melaksanakan pembinaan moral (mental) itu ialah penghayatan sastra. Sastra memberikan pengertian yang dalam tentang manusia dan memberikan interprestasi sastra penilaian terhadap peristiwa-peristiwa dalam kehidupan (Saleh dan Jabrohim, 1994: 5).

2.    METODE PENELITIAN
2.1     Jenis dan Metode Penelitian
2.1.1     Metode Penelitian
     Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode daskriptif kualitatif yaitu peneliti berusaha menyajikan data-data informasi yang ditemukan pada data penelitan ini. Selanjutnya, dikatakan kualitatif karena penjelasan konsep-konsep dalam hubungan satu dengan yang lain digunakan kata-kata atau kalimat bukan angka-angka statistik dalam suatu struktur.
2.1.2    Jenis Penelitian
      Penelitian ini termasuk penelitian lapangan, yaitu dan penelitian dengan cara mengamati dan menganalisis fakta dan kenyataan yang dilaksanakan langsung di lapangan.
2.2    Data dan Sumber Data
2.2.1    Data
    Data yang digunakan dalam penelitin ini adalah data lisan berupa tuturan atau nyanyian yang disebut Kabantino Ganda pada masyarakat Mawasangka Kecamatan Mawasangka Tengah.
2.2.2    Sumber Data
    Data dalam penelitia  ini adalah informan di lapangan yang dianggap memiliki pengetahuan tentang Kabantino Ganda yang dikenal dengan nama paganda (raja gendang) pada masyarakat Mawasangka Kecamatan Mawasangka Tengah.
3.3  Metode dan Teknik Pengumpulan Data
      Penelitian ini tergolong penelitian lapangan sehingga peneliti dalam mengumpulkan data langsung ke lokasi penelitian. Pertama-tama, peneliti mengikuti jalannya upacara Kahiya yang sedang berlangsung.Karena upacara ini merupakan upacara yang sakral maka peneliti hanya sekedar mendengarkan dan tidak berhak mengajukn pertanyaan. Yang kedua, untuk lebih efektif dan mengefisiensi waktu dalam memperoleh data maka peneliti menghubungi langsung paganda (raja gendang). Metode yang digunakan dalam mengumpulkan data adalah metode cakap dan simak.
    Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.    Elisitasi, yaitu teknik yang digunakan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan secara langsung dan terarah kepada informan.
2.    Rekam, yaitu teknik yang digunakan untuk melengkapi data yang diperoleh melalui teknik elisitasi. Hasil rekaman kemudian diperiksa dengan segera untuk mencegah ketidakjelasan dan kekurangpahaman pengertian.
3.    Catat, yaitu suatu teknik dengan cara melakukan pencatatan terhadap data-data yang diperoleh.
3.4    Teknik Analisis Data
      Penyajian data demikian termasuk kedalam penelitian kualitatif. Berdasarkan hasil tersebut, dalam proses analisis data Kabantino Ganda. Selanjutnya, pada metode semiotik, yaitu dengan mengkaji setiap unsur tanda dari setip ujaran atau kalimat dalam teks Kabantino Ganda yang berhubungan dengan masalah penelitian.
Data yang diperoleh dalam penelitian ini dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1.    Transkripsi, data yang direkam didengarkan kembali dengan menggunakan tape rekorder lalu dicatat sesuai bait dan barisnya.
2.    Terjemahan, setelah naskah rekaman disusun dalam bentuk tertulis, selanjutnya diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia dengan menggunakan metode terjemahan agak bebas.
3.    Analis, data yang disusun selanjutnya dianalisis guna mengetahui makna Kabantino Ganda.

3.    PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
3.1    Gambaran Umum tentang Kabantino Ganda.
       Kabantino Ganda merupakan tuturang yang lazim digunakan pada pesta adat pingitan (kahiya) pada masyarakat Mawasangka Kecamatan Mawasangka Tengah Kabupaten Buton. Kabantino Ganda dinyanyikan oleh pandeno ganda dan diiringi dentuman. Ini dilakukan dari malam pertama sampai malam terakhir yaitu malam kedelapan. Selama pesta adat pingitan berlangsung pandeno ganda melantunkan Kabantino Ganda secara berurut akhirnya berepisode (bagian) setiap malamnya. Tujuan pelantunan Kabantino Ganda sebaagai alat mendidik, menghibur, dan menyindir.
3.2.     Jenis-Jenis Kabantino Ganda
     Hasil penelitian yang diperoleh dilapangan terdiri atas dua belas jenis Kabantino Ganda yaitu: (1) Kabantini Saha, (2) Kabantino yisa, (3) Kabantino yoai, (4) Kabantino hukumu, (5) Kabantino pande, (6) Kabantino kahunsaao,  (7) Kabantino anangkolaki, (8) Kabantino linda, (9) Kabantino kakalambea, (10) Kabantino kae hawua hea, (11) Kabantino anai moelu,(12) Kabantino nae kaumpundo kamokua. Tetapi dalam tulisan ini, hanya akan membahas tiga jenis Kabantino ganda yang layak mempunyai nilai pendidikan yaitu Kabantino Saha, Kabantino yisa, dan Kabantino yoai. Selanjutnya, tiga jenis Kabantino Ganda akan dijelaskan pada uraian berikut:
3.2.1 Kabantino Saha
     Kabantino Saha merupakan salah satu jenis kabantino ganda pada pesta adat pingitan (kahiya) di masyarakat Mawasangka Tengah. Kabantino Saha adalah Kabanti yang dilantunkan pandeno ganda untuk mengingatkan pada manusia bahwa pada mulanya manusia adalah satu yang diciptakan Tuhan dari Adam dan kemudian menyebar kemana-mana. Kabantino Saha berarti Kabanti yan menceritakan kita ini (kita manusia / sekalian manusia) yang pada mulanya satu kemudin mempunyai turunan yang menyebar disegala penjuru dunia beserta segala aturan hidup di dalamnya.
3.2.1 Kabantino yisa
     Kabantino yisa merupakan salah satu jenis kabantino ganda pada pesta adat pingitan. Secara etimologi Yisa berarti “kakak”, sedangkan dalam istilah kedokteran yisa berarti ari-ari bayi. Kabantino yisa menggambarkan ari-ari bayi yang tidak mau keluar dari rahim sang ibunya walaupun yisa (si kakak/bayi) sudah lahir.
3.2.2 Kabantino yoai
     Kabantino yoai merupakan salah satu jenis kabantino ganda yang mengisahkan bayi pada saat akan dilahirkan, dimana sang ibu sudah menderita sakit tapi bayi pun tak kunjung lahir. Dalam kabantu ini kesedihan dan kebahagiaan sang ibu menjadi satu.
3.2    Nilai Pendidikan dalam Kabantino Ganda
      Dalam pesta adat pingitan (kahiya) pada masyarakat Mawasangka Kecamatan Mawasangka Tengah nilai pendidikan nampak pada penyampaian Kabantino Ganda. Kabantino Ganda ini mengandung didikan dan nasehat bagaimana seharusnya memahami eksistensi diri dalam pergaulan sehari-hari.
3.2.1    Nilai Pendidikan Religius
Nilai pendidikan religius salah satunya dapat di lihat dalam kabantino yoai yaitu:
Mbola-bolai sarada                Di tempat-tempat syahadat
Sarea nomoroyinta                Cahaya bersinar intan
Wakambea saranda                Si kembang syahadat
Wambungano isitingga                Si bunga bersih (suci)
Wakambeano dunia                Si kembang dunia
Wambungano dunia                Si bunga dunia
Surugaa pintu goa                Surga pintu  masuk
Dunia tolomangkue                Dunia tempat bertamu
Kabanti ini mengisahkan tentang seorang bayi yang akan lahir. Menurut kabanti ini, biarpun sang ibu sudah gelisah dan kesakitan tetapi kalau Tuhan belum mengizinkan maka sang ibunya harus bersabar karena Tuhan mengetahui segala sesuatu tentang kelahiran seorang bayi.
3.2.2    Nilai Pendidikan Sosial
Nilai pendidikan sosial yang terdapat dalam kabantino ganda (kabantino Yisa) yaitu:
Ngkaasi lae ngkaasi                Kasihan lagi kasihan
Ngkaasi lae waeyu                Kasihan lagi adinda
Waeyu taponggaamo                Adinda kita sudah berpisah
Dotingkulu dompombowa            Turun kita bersama
Pagaamo yilante                    Berpisah di lantai
Pada kabanti tersebut mengisahkan rasa kebersamaan dan tolong menolong antara yoai dan yisa untuk menjalankan suatu tugas yang sangat penting untuk keselamatan sang ibu. Di dalam kandungan bayi turun berdua ketika sampai di lantai mereka berpisah.

DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Syamsir. 1999. Sastra Indonesia (Lama Baru). Bandung : Lubuk Agung.
Atmazaki. 1986. Budaya Sastra. Bandung : Rajawali.
Bagea, Ishak. 2009. Metafora dalam Bidang Pertanian Padi Masyarakat  Dayak  Buket Kabupaten Kutai Barat Kalimantan Timur. Tesis Universitas Gadjah Mada.
Djawanai, Stefanus. 2009. Telaah Bahasa, Telaah Manusia. Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar dalam Ilmu Linguistik Universitas Gadjah Mada.
Hasan, Fuad. 1989. Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta : Dharma Bakti.
Esten. 1978. Syariat Agama Islam dan Praktek Kebudayaan. Jakarta : Gramedia.
Daroeso, Bambang. 1986. Dasar dan Konsep Pendidikan Moral Pancasila. Semarang : Aneka Ilmu.
Jabrohim. 1994. Pengajaran Sastra. Yogyakarta : Pustaka Belajar.











Tidak ada komentar:

Posting Komentar