SELAMAT DATANG

Selasa, 29 Oktober 2013

materi morfologi

A.    OBJEK KAJIAN MORFOLOGI
Morfologi berasal dari kata dalam bahasa Inggris morphology. Kata morphology sendiri berakar dari kata morph yang berarti ‘bentuk’ dan logy yang berarti ‘ilmu’. Secara sederhana morfologi diartikan sebagai ilmu tentang bentuk. Selanjutnya dalam konteks linguistik, morfologi adalah salah satu cabang linguistik yang mengkaji morfem dan kata.
    Morfem dan kata merupakan satuan kebahasaan yang menjadi objek kajian morfologi. Dalam linguistik dikenal sepuluh satuan kebahasaan yaitu fona/bunyi, fonem, silabel/suku kata, morfem, kata, frasa, klausa, kalimat, paragraf, dan wacana. Dengan demikian posisi objek kajian morfologi (morfem dan kata) adalah di atas silabel dan di bawah frasa. Sementara itu, morfologi sebagai salah satu cabang linguistik yang mengkaji morfem dan kata memiliki posisi di atas fonemik dan di bawah sintaksis seperti yang tergambar pada bagan di bawah ini.


Untuk mengkaji objek penelitian morfologi morfem dan kata, diperlukan bahan penelitian atau data. Data harus lebih besar dari objek penelitian. Oleh karena itu, data morfologi bisa berupa kalimat, klausa, dan/atau frasa.
Dalam linguistik, cabang yang mempelajari kata bukan hanya morfologi. Masih ada cabang lain yang juga mengkaji kata yaitu leksikologi, leksikografi, dan etimologi. Leksikologi adalah cabang linguistik yang mengkaji seluk-beluk kata dari segi makna leksikal—semantik leksikal. Leksikologi mengkaji kata dari aspek perbendaharaan, pemakaian, dan pemaknaan secara leksikal kata suatu bahasa. Sementara itu, morfologi mengkaji kata dari aspek pembentukan dan pemaknaan secara gramatikal.
Meskipun berbeda, keduanya saling berhubungan. Morfologi memerlukan makna leksikal dari setiap bentuk dasar untuk menentukan makna gramatikal sebuah morfem yang melekat pada morfem lain yang akhirnya membentuk kata. Makna leksikal tersebut merupakan hasil kajian leksikologi.
Leksikografi merupakan lanjutan dari leksikologi. Hasil kajian leksikologi dituangkan dalam tulisan menjadi sebuah kamus. Ilmu yang diperlukan untuk membuat kamus adalah leksikografi. Oleh karena itu, leksikografi merupakan cabang linguistik yang bersifat terapan.
Leksikologi bertugas mengumpulkan lema-lema dari kekayaan kosakata suatu bahasa beserta makna leksikalnya. Sementara itu, morfologi bertugas mengkaji pembentukan kata yang bisa menjadi leksem/lema dan kata jadian beserta makna gramatikalnya. Hasil kajian leksikologi dan morfologi disatukan dalam kamus menggunakan leksikografi. Leksem-leksem dari perbendaharaan kata yang telah dikumpulkan menjadi lema/entri. Sementara itu penjelasan makna leksikal, kata jadian dan makna gramatikalnya menjadi penjelasan dari setiap entri/lema atau disebut juga gloss.
Etimologi adalah cabang linguistik yang mengkaji asal-usul kata. Etimologi melacak asal mula suatu kata dengan menelusuri pembentukannya secara historis dan diakronis—lintas waktu atau meliputi berbagai zaman dalam perkembangan suatu bahasa. Sementara itu, Morfologi mempelajari seluk-beluk pembentukan kata secara sinkronis—meliputi satu zaman tertentu dalam perkembangan suatu bahasa.
Pembentukan kata yang dikaji oleh morfologi sangat diperlukan dalam penyusunan tata bahasa dan kamus. Sistem pembentukan kata merupakan salah satu unsur dasar dalam tata bahasa karena kata merupakan bagian dari tata bahasa. Sementara itu, penyusunan kamus juga memerlukan kata-kata yang menjadi hasil kajian morfologi karena kamus juga memuat penjelasan dari setiap lema dan kata turunannya.

B.    PEMBAGIAN MORFEM BEBAS DAN MORFEM TERIKAT
Morfem adalah satuan bentuk terkecil yang dapat membedakan makna dan atau yang mempunyai makna. Wujud morfem dapat berupa imbuhan, partikel, dan   kata dasar.
Partikel adalah unsur-unsur kecil dalam bahasa. Dalam buku Tata Bahasa Baku Bahasa Indonasia (1993:342), partikel  -kah, -lah, -tah, diakui sebagai  klitika. Klitika  tidak   sama dengan imbuhan. Contoh partikel selain -kah, -lah, -tah, adalah –pun. Partikel-partikel itu kita akui sebagai morfem, karena merupakan bentuk terkecil yang dapat membedakan arti.
            Kata   dasar  tergolong sebagai  morfem karena juga berfungsi sebagai pembeda arti  dan wujudnya hanya  terdiri atas satu morfem. Kata dasar bawa, rumah,  main, tidak   dapat dipecah  lagi  menjadi  bentuk  yang   lebih    kecil. Sebaliknya, kata turunan terbawa, dirumahkan, dipermainkan, adalah kata-kata kompleks  yang dapat diuraikan lagi karena morfemnya lebih dari satu.
Menurut bentuk dan arti, morfem dapat dibedakan atas dua macam, yaitu morfem bebas dan morfem terikat.
1.    Morfem Bebas
Morfem bebas adalah morfem yang mempunyai potensi untuk berdiri sendiri sebagai kata dan dapat langsung membentuk kalimat, seperti:
1)    Ia makan nasi
2)    Halaman itu bersih.
Sekilas tampaknya morfem  bebas ini  sama dengan kata. Memang begitu, morfem bebas sudah termasuk kata, tetapi konsep kata  tidak hanya morfem bebas, kata juga meliputi semua bentuk gabungan antara morfem terikat dengan morfem bebas, morfem dasar  dengan morfem dasar. Jadi dapat dikatakan bahwa morfem bebas itu kata dasar. Adapun kata menurut bentuknya meliputi:
1)    Kata dasar
2)    Kata jadian, yang terbagi lagi menjadi  :
a.    Berimbuhan
b.    Kata ulang
c.    Kata majemuk
Seperti uraian di atas , sebuah kata dapat dibentuk dengan penggabungan bermacam-macam morfem. Penggabungan itu selalu mengikuti tata tingkat yang teratur. Oleh karena itu, untuk menentukan proses pembentukan suatu kata, perlu dianalisis unsur-unsur yang tergabung dalam kata tersebut.
 Mari kita amati contoh berikut ini !   
Kata petani dibentuk dari unsur pe dan tani, dan kata perbuatan kata ini terdiri atas 3 unsur yaitu per, buat, dan an. Kata perbuatan mengandung ide yang berbeda dari kata perbuat dan buatan. Berarti morfem pe- dan –an pada kedua kata yang terakhir ini tidak sama fungsinya dengan morfem per-an pada kata perbuatan. Oleh sebab itu, berarti kata perbuatan terbentuk dari  unsur buat dan per-an. Analisis ini disebut analisis unsur bawaan terdekat, dan disebut bentuk dasar.


Perhatikan contoh berikut.
Analisis unsur bawaan terdekat
    terang    kan
Me    terangkan
Menerangkan
Contoh analisis unsur menerangkan,
tahap pertama: terang + -kan, menjadi terangkan.
Tahap kedua: terangkan ditambah morfem  me- menjadi menerangkan
2.    Morfem Terikat
Morfem terikat merupakan morfrm yang belum mengandung arti maka morfem ini  belum mempunyai potensi sebagai kata. Untuk membentuk kata, morfem ini harus digabung dengan morfem bebas. Morfem terikat dalam bahasa Indonesia  ada 2 macam, yakni morfem terikat morfologi dan morfem terikat sintaksis.
a.     Morfem Terikat Morfologi
Morfem terikat morfologi yakni morfem yang terikat pada sebuah morfem dasar. Morfem itu sebagai berikut:
1)    Prefiks = awalan:  me-, ber, pe-, per-, se-, ke-
2)    Infiks = sisipan : -er-, -el-, -em-
3)    Sufiks = akhiran : -i, -kan, -an
4)    Konfiks = imbuhan gabungan senyawa : per-an, ke-an, dan lain-lain.
Morfem terikat morfologi  mempunyai fungsi yang bermacam-macam.
a.    Imbuhan yang berfungsi  membentuk kata kerja, yaitu: me-, ber-, di-, -kan, -i dsb.
b.    Imbuhan yang berfungsi membentuk kata benda yaitu: pe-, ke-, -an, per-an, -man, wati, -wan, dsb.
c.    Imbuhan yang berfungsi membentuk kata sifat, yaitu: ter-, -i, wiah, iah.
d.    Imbuhan yang berfungsi membentuk kata bilangan, yaitu: ke-, se-.
e.    Imbuhan yang berfungsi membentuk kata tugas, misalnya: se- dan se-nya.
Berdasarkan contoh di atas menunjukkan bahwa setiap kata berimbuhan akan tergolong dalam satu jenis tertentu, tetapi hanya imbuhan yang merupakan unsur langsung yang dapat diidentifikasi fungsinya sebagai pembentuk jenis kata. Untuk itu, perhatikan unsur langsung pembentuk kata dapat dilihat pada diagram berikut ini.

Pakaian          ……………..    kata benda
Berpakaian   ……………..     kata  kerja
Berkemauan     ……………..   kata kerja
Kemauan      ……………..    kata benda
Ber-    ke-an     mau    ……………..    keterangan Imbuhan Pembentuk Jenis Kata
Jadi,  dengan imbuhan yang berbeda, morfem dasar yang sama, akan berbeda maknanya. Tetapi perhatikan jika imbuhannya sama. Morfem  dasarnya berbeda, apa yang dapat terjadi? Kita ambil contoh akhiran –an pada morfem dasar tepi, darat, lapang; membentuk kata tepian, daratan, lapangan, ternyata menunjukkan persamaan makna imbuhan, yaitu tempat. Berarti dengan imbuhan yang sama, morfem dasarnya berbeda, dapat menghasilkan persamaan makna imbuhan  yaitu jenis kata benda.
Selain itu yang perlu pula dicermati ialah, Imbuhan sama, melekat pada morfem dasar yang sama, tetapi mengandung makna yang berbeda perhatikan contoh berikut!
a)    Berkaca:       Jendela kamarnya berkaca. (mempunyai kaca)
                           Ia berkaca sambil berdandan. (menggunakan kaca)
b)    Pencetak:    Si Gonzales pencetak gol terbanyak. (pelaku perbuatan cetak)
                         Mesin pencetak genteng itu  rusak. (alat untuk mencetak)
Ketidaksamaan makna dari kata-kata di atas disebut makna struktural, hal ini disebabkan karena pengaruh kata yang menjadi unsur dalam kalimat tersebut. Untuk menentukan makna struktural dalam kata berimbuhan dapat dilakukan dengan cara-cara berikut.
a)    Menentukan morfem dasar dan satuan dasarnya
b)    Menentukan apakah makna kata berimbuhan itu diturunkan langsung dari morfem dasarnya
c)    Menentukan hubungan makna morfem dasar dengan makna berimbuhan
d)    Menguji hasilnya melalui pemakaian kata itu dalam kalimat
Selanjutnya dalam konteksnya, kita jumpai ada morfem  terikat morfologis yang mengalami perubahan bentuk atau variasi, misalnya:
ber-    be-    bel-
berlayar
beruang
bersatu    bekerja    belajar
mem-    men-    meng-    me-    meny-    menge-
membantu    menarik    mengganti    menerima    menyerang    Mengebom

Awalan yang mempunyai variasi bentuk seperti di atas adalah me-, ber-, ter-, dan pe-. Perubahan bentuk seperti di atas, terjadi sebagai akibat dari lingkungan kata yang dimasukinya, peristiwa seperti  ini disebut alomorf. Jadi , Alomorf adalah variasi bentuk dari suatu morfem yang disebabkan oleh pengaruh lingkungan yang dimasukinya.
Selain menentukan jenis kata, morfem imbuhan juga menentukan makna kata. Maka sebuah imbuhan yang menjadi unsur langsung pembentuk sebuah kata, merupakan penentu makna bagi kata yang dilekatinya.
b. Morfem Terikat Sintaksis
Morfem terikat sintaksis adalah morfem dasar yang tidak mampu berdiri sendiri sebagai kata. Hal ini dapat dilihat dalam kalimat berikut.
Mereka yang membaca dan menjual buku itu.
Dari deretan morfem yang terjadi unsur kata dalam kalimat di atas, jika diklasifikasikan berdasarkan morfemnya adalah sebagai berikut.
Mereka, baca, jual, buku, adalah morfem bebas.
Me-, me- adalah morfem terikat morfologis.
yang, dan adalah morfem terikat sintaksis. Hal ini terjadi karena kata yang, dan tidak mengandung makna  tersendiri.
C.    AFIKSASI DALAM BAHASA INDONESIA
1.    Afiks
Imbuhan (afiks) adalah suatu bentuk linguistik yang di dalam suatu kata merupakan unsur langsung, yang bukan kata dan bukan pokok kata. Melainkan mengubah leksem menjadi kata kompleks, artinya mengubah leksem itu menjadi kata yang mempunyai arti lebih lengkap, seperti mempunyai subjek, predikat dan objek. Sedangkan prosesnya sendiri di sebut afiksasi (affixation). Imbuhan (afiks) adalah Bentuk (morfem) terikat yang dipakai untuk menurunkan kata.
Pada umumnya imbuhan (afiks) hanya dikenal ada empat, yaitu awalan (prefiks), sisipan (infiks), akhiran (sufiks), awalan dan akhiran (konfiks).
2.    Afiksasi
Afiksasi Ialah proses pembubuhan afiks pada suatu satuan, baik berupa satuan tunggal maupun kompleks untuk membentuk kata.

Contoh:
ber-  pada lari menjadi berlari
me(N)- pada runcing menjadi meruncing
-an pada pakai menjadi pakaian
3.    Macam-macam Afiksasi (prefiks, sufiks, infiks,konfiks, dan gabungan afiks)
1.    Prefiks (Awalan)
     Ialah afiks (imbuhan) yang ditempatkan di bagian muka dasar (mungkin kata dasar atau kata kompleks/jadian).
Contoh:
ber-, pada kata berjalan, bermain
di-, pada kata ditulis, dibeli, dipukul
meN-, pada kata menulis, membaca, mempertahankan
ter-, pada kata terpilih, terbawa
2.  Sufiks (Akhiran)
     Ialah morfem terikat yang digunakan di bagian belakang kata atau dilekatkan pada akhir dasar.
Contoh:
-an, pada kata makanan, mainan
-kan, pada kata ambilkan
-man, -wati,  pada kata seniman, seniwati
3.  Infiks (Sisipan)
     Ialah afiks yang diselipkan atau dilekatkan di tengah kata dasar.
Contoh:
-el, pada kata geletar,
-em, pada kata gemetar,
-er, pada kata gerigi
-in, pada kata kinerja
4.  Konfiks
     Ialah gabungan prefiks dan sufiks yang dilekatkan sekaligus pada awal dan akhir dasar.
Contoh:
ber – an, pada kata berdatangan, berhamburan
ke—an, pada kata keuangan, keahlian
per—an, pada kata perjuagan, pertemuan
se—nya, pada kata sebaik-baiknya, sebesar-besarnya
5.  Gabungan Afiks
     Ialah gabungan prefiks dan sufiks yang ditambahkan pada kata dasar tidak sekaligus.
Contoh:
ber-an,  pada kata berpakaian       
pakai          pakaian           berpakaian
member-kan,  pada kata memberlakukan
laku            berlaku           berlakukan           memberlakukan
D.    AFIKS ASLI DAN AFIKS ASING DALAM BAHASA INDONESIA
Bahasa Indonesia mempunyai banyak kata yang berasal dari bahasa lain seperti bahasa Arab, Cina, Sanskerta, Portugis, dan Inggris. Dari bahasa Portugis kita mendapat kata seperti sepatu dari asal kata capato, gereja dari igreja, perlente dari parlenda. Bahasa Inggris juga banyak menambah kosakata kita, misalnya manajemen, komputer, internet, regular. Sementara, bahasa Belanda memperkaya kosakata  dengan kata taplak dari asal kata tafellaken, got dari goot, indehoy dari in het hooi, indekos dari in de kost, sirsak dari zuurzak.  Bahasa Arab seperti Muslim, Muslimat, Muslimin, Mukmin, Mukminat, Mukminin, akhwat, Ikhwan, Fatayat, Takmir, Muadzin, Hafidz.
Contoh kata-kata di atas dikenal dengan istilah Inggris loanwords atau Belanda leenwoorden. Bahasa Indonesia mengenalnya sebagai kata pinjaman atau serapan. Namun, istilah loanwords, leenwoorden dan kata pinjaman rasanya kurang pas. Bagaimana caranya kita mengembalikan kata yang pernah kita pinjam?
Tetapi, dalam bahasa Belanda istilah kata pinjaman benar-benar bisa diartikan secara harafiah. Itu artinya kata pinjaman tadi pada suatu ketika harus dikembalikan.
Bahasa Belanda pernah meminjamkan kepada kita kata-kata seperti voorloper dan slootkant. Kedua kata itu kita adaptasi menjadi pelopor dan selokan. Bahasa Inggris pun pernah meminjam kata baas. Juga bahasa Belanda dari abad pertengahan snacken, dan brandewijn, yang kemudian diserap menjadi boss, snack, dan brandy. Bahasa Prancis juga meminjam kata mannekijn yang lantas diserap menjadi mannequin.
Setelah sekian lama bahasa Indonesia, Inggris, dan Prancis meminjam kata-kata itu dari bahasa Belanda, maka bahasa Belanda “menagih” kata-kata itu berikut “bunganya”. Jika membuka kamus Belanda Van Dale (1993), maka kita bisa mendapatkan kata-kata plopper, slokan, boss, snack, brandy, dan mannequin. Kata-kata itu ada yang tetap maknanya, tetapi ada juga yang berubah. Slokan, boss, dan brandy tidak mengalami perubahan makna.
Sementara plopper, snack, dan mannequin berubah maknanya. Kata pelopor dan voorloper mempunyai makna berjalan terdahulu, pembuka jalan, perintis jalan. Sedangkan plopper maknanya menyempit menjadi perintis pergerakan kemerdekaan Indonesia. Selain itu kata plopper juga berarti orang Indonesia dengan konotasi negatif.
Kata snacken bermakna menggigit, tetapi setelah diserap bahasa Inggris menjadi kudapan atau makanan ringan. Kemudian kata snack ini diserap kembali ke dalam bahasa Belanda dengan makna yang sama. Begitu juga dengan kata mannekijn, laki-laki kecil. Kata ini kemudian diserap bahasa Prancis menjadi mannequin yang berarti boneka untuk memajang pakaian atau peragawan/peragawati. Bahasa Belanda menyerap kata ini dengan makna yang sama pula.
Dengan demikian bahasa Belanda tidak kehilangan kata-kata yang dipinjamkannya, tetapi bahasa Belanda bahkan mendapat “bunga” berupa kata-kata itu tadi. Jadi, dengan meminjamkan kata kepada bahasa lain, bahasa Belanda justru mendapat kata-kata baru yang sekaligus menambah kosakatanya
Dari kosakata pinjaman atau serapan tersebut, akan mengalami proses  afiksasi dalam bahasa Indonesia. Pada umumnya kosakata yang dipinjam terdiri pada nomina, adjektiva dan verba.
Kerangka Teoritis
Afiksasi
Afiksasi merupakan proses atau hasil penambahan afiks pada akar, dasar, atau alas kata. Melalui afiksasi bahasa-bahasa di dunia ini  bertambah kosakatanya, baik melalui kosakata asli maupun peminjaman dari bahasa asing.
Afiksasi ada beberapa macam, antara lain: pertama prefiks yaitu afiks yang ditambahkan pada bagian depan kata misalnya ber pada bersepeda, kedua Infiks yaitu afiks yang diselipkan ke dasar kata, ketiga sufiks yaitu ditambahkan pada bagian belakang kata, misalnya an pada ajaran.
Berikut data kosakata yang menunjukkan profesi, antara lain:
Wartawan (kata dasar warta)                Tengkulak (kata dasar kulak)
Wartawati                        Direktur
Fisikawan                         Redaktur
Fisikawati                         Presiden
Reporter                        Sinden
Supporter                        Menteri
Jurnalis                        Guru
Linguis                        Ustadz
Linguis                         Ustadzah
Pemimpin (kata dasar pimpin)             Ulama
Pastur                            Pendeta
Pejuang (kata dasar juang)                Penari  (kata dasar tari)
Penyanyi  (kata dasar nyanyi)                 Pemandu
Pemain   (kata dasar main)                 Kritikus
Olahragawan                        Hartawan (kata dasar harta)
Cendikiawan                        Sopir
Antropolog                        Pilot
Politikus                        Masinis
Seniman (kata dasar seni)                Mekanis
Budayawan (kata dasar budaya)            Penulis (kata dasar tulis)
Agamawan (kata dasar agama)            Sejarawan (kata dasar sejarah)
Dokter                            Psikolog
Pemahat                         dan lain-lain……

Beberapa kosakata yang diungkapkan diatas ada prefiks pe, dan sufiks og, wan, us, ir, is, en, dan kosakata mandiri yang tak dapat dirunut tanda prefiks maupun sufiksnya sebagaimana pada kosakata yang tidak dapat penulis ungkapkan. Kesemuanya ini merujuk pada profesi manusia.
Ada beberapa profesi yang diadopsi dari bahasa asing antara lain, ulama, pendeta, pastur, presiden. Hal ini memang tidak dapat dielakkan lagi, karena bangsa Indonesia bukanlah bangsa tanah asal lahirnya agama, serta yang pertama mengadopsi agama. Maka bahasa Ibrani, Arab dan Yahudi mendominasi peristilahan keagamaan, karena bangsa mereka adalah tanah asal lahirnya agama.
Berangkat dari hal tersebut, bahasa Indonesia hanya mempunyai keaslian pada prefiks pe- dan sufiks -wan. Keduanya mendominasi dalam pembentukan kosakata profesi. Penggunaan prefiks pe- mendapat perkembangan yang cukup pesat dan banyak terdapat dalam bahasa Indonesia, antara lain:
•    pe- pada contoh pewangi, penyanyi, pelajar, pemakai, penasehat, pemusnah, Apabila beremu kata yang bermula dengan huruf m, n, l, ny, w, dan p
•    pem- pada contoh pemfitnah, pembohong, pembawa,  Apabila bertemu dengan kata yang bermula dengan huruf b dan f.
•    pen- pada contoh penjahit, pendengar, pendusta, penyair, Apabila bertemu kata yang bermula dengan huruf c, d, j, s, p, dan z
•    peng- pada contoh pengkhayal, pengedar, pengubah, pengikut, Apabila bertemu kata yang bermula dengan huruf a, I, e, o, u, g, h, dan kh
•    penge- pada contoh pengecat, pengebom, Apabila bertemu dengan kata yang cuma terdiri daripada satu suku kata.
Makna Kata pe- antara lain:
•    alat / perkakas pembakarpengasahpenukulpenapis -alat untuk membakar
•    orang yang membuat …….penulis, pencipta, orang yang menulis
•    sesuatu yang menyebabkan jadi ….. pengasih, pemanis, pendingin sesuatu yang menyebabkan jadi dingin
•    Orang yang selalu atau suka ….. penidur, pemalas, perokok, orang yang suka tidur
•    Orang yang mempunyai sifat … . pemalu, pemurah, pembengis orang yang mempunyai sifat malu
•    milik sifat seseorang ……pemuda, pemarah, pemaaf, pengasih, penyayang
•    Ukuran bagi waktu atau tempat ………pemeluk, penanak.
•    Hasil atau kesan daripada sesuatu ……penyakit, pendapat,  kesan.
Imbuhan akhiran –wan mempunyai makna, antara lain:
•    Menyatakan orang yang ahli dalam hal yang tersebut pada bentuk dasar, dan tugasnya berhubungan dengan hal yang tersebut pada dasar. Pada contoh negarawan “orang yang ahli dalam kenegaraan dan tugasnya berhubungan dengan masalah kenegaraan”, tatabahasawan “orang yang ahli dalam tatabahasa dan berkecimpung di bidang ketatabahasaan”, sejarawan “orang yang ahli dalam ilmu sejarah dan berkecimpung di bidang kesejarahan”.
•    Menyatakan orang yang memiliki sifat yang tersebut pada bentuk dasar. Pada contoh cendikiawan “orang yang cendikia”, sosiawan “orang yang bersifat sosial”. Hartawan “orang mempunyai harta”.
E.    PENGERTIAN KATA BERDASARKAN BENTUK
Santosa, dkk (2008:4.15) menyatakan bahwa kata menurut bentuknya dikelompokkan menjadi kata jadian atau kata turunan serta kata dasar. Kata jadian terbagi lagi menjadi kata berimbuhan, kata ulang dan kata majemuk. Sedangkan kata berimbuhan meliputi kata berawalan (prefiks), kata bersisipan (infiks), kata berakhiran (sufiks), dan kata yang berkonfiks. 
Senada dengan Santosa, Keraf (1991:44) juga mengelompokkan kata berdasarkan bentuknya menjadi kata dasar, kata berimbuhan, kata ulang, dan kata majemuk. Sedangkan kata berimbuhan terdiri atas kata yang berprefiks (berawalan), kata yang berinfiks (bersisipan), kata yang bersufiks (berakhiran), dan kata yang berkonfiks.
a.    Kata Berimbuhan (Afiks)
     Seringkali sebuah kata dasar perlu diberi afiks atau imbuhan terlebih dahulu agar dapat digunakan. Afiks atau imbuhan adalah semacam morfem nondasar yang secara struktural dilekatkan pada kata dasar atau bentuk dasar untuk membentuk kata-kata baru (Keraf, 1991:121). Dengan kata lain, afiks atau imbuhan melekat pada kata dasar. Afiks atau imbuhan yang melekat pada kata dasar ini akan membentuk kata baru sehingga makna dan fungsinya menjadi berbeda dengan kata dasarnya.
     Afiks juga dibagi berdasarkan tempat unsur itu dilekatkan pada kata dasar. Dalam hal ini, Keraf (1991:121) membaginya menjadi prefiks (awalan), infiks (sisipan), sufiks (akhiran), konfiks, bentuk ulang (reduplikasi).
  (1)     Kata Berprefiks (berawalan)
Kata yang telah mendapatkan bentuk awalan disebut kata berprefiks. Prefiks (awalan) adalah sebuah morfem nondasar yang secara struktural dilekatkan pada awal sebuah kata dasar atau bentuk dasar (Keraf, 1991:122). Dengan kata lain, prefiks adalah imbuhan yang letaknya di awal kata. Bahkan dalam sebuah kata bisa dilekatkan dua prefiks sekaligus, misalnya mem-per-satukan, dan di-per-hatikan.
Bentuk prefiks (awalan) yang ada dalam Bahasa Indonesia yaitu prefiks ber-, per-, me-, di-, ter-, ke- se- dan pe-, serta prefiks baru. Prefiks baru merupakan prefiks yang dipengaruhi oleh unsur-unsur bahasa asing, seperti prefiks a dan tak, ante dan purba, prae dan pra, anti dan prati, auto dan swa, inter dan antar, re dan ulang, bi dan dwi, pasca dan anu, serba, maha, serta prefiks tuna. Contoh kata berprefiks antara lain berlari, percepat, memakan, dilihat, terbawa, kekasih, sebotol, pemalas, dan sebagainya.
(2)     Kata Berinfiks (bersisipan)
Kata berinfiks merupakan yang kata mendapatkan bentuk sisipan. Infiks atau sisipan adalah morfem nondasar yang dilekatkan di tengah sebuah kata, yaitu antara konsonan yang mengawali sebuah kata dengan vokal berikutnya (Keraf, 1991:136). Ada tiga macam infiks dalam Bahasa Indonesia yaitu infiks -el, -em, dan -er.
Infiks (sisipan) -el, -em, dan -er tidak mempunyai variasi bentuk dan bukan merupakan imbuhan yang produktif, maksudnya tidak digunakan lagi untuk membentuk kata-kata baru dan hanya berlangsung hanya pada kata-kata tertentu saja. Pengimbuhannya dilakukan dengan cara menyisipkan di antara konsonan dan vokal suku pertama pada sebuah kata dasar. Contoh kata berinfiks antara lain telapak yang berasal dari kata dasar tapak, gerigi berasal dari kata dasar gigi, dan temali berasal dari kata dasar tali.
(3)     Kata Bersufiks (berakhiran)
Kata bersufiks adalah kata yang mendapatkan bentuk akhiran. Sufiks atau akhiran merupakan morfem nondasar yang dilekatkan pada akhir sebuah kata dasar. Sufiks yang ada dalam Bahasa Indonesia adalah -kan, -i, -an, dan -nya serta beberapa sufiks serapan seperti -man, -wan, -wati, -wi, -al, dan -if.   
Sufiks atau akhiran -kan, -i, -an dan -nya tidak mempunyai variasi bentuk, sehingga untuk situasi dan kondisi manapun bentuknya sama. Ada dua macam -nya dalam Bahasa Indonesia yang perlu diperhatikan, yaitu -nya sebagai kata ganti orang ketiga tunggal yang berlaku obyek atau pemilik dan ¬-nya sebagai akhiran. Contoh kata yang bersufiks antara lain gunakan, surati, tulisan, obatnya, dan sebagainya.
(4)     Kata Berkonfiks
Konfiks merupakan gabungan prefiks dan sufiks yang membentuk suatu kesatuan (Alwi, 2003:32). Dengan demikian, kata yang mendapatkan bentuk prefiks (awalan) dan sufiks (akhiran) disebut dengan kata yang berkonfiks. Konfiks dalam Bahasa Indonesia terdiri dari ber-kan, ber-an, per-kan, per-i, me-kan, me-i, memper-, memper-kan, memper-i, di-kan, di-i, diper-, diper-kan, diper-i, ter-kan, ter-i, ke-an, se-nya, pe-an, dan per-an. Contoh kata yang berkonfiks antara lain bersenjatakan, berdatangan, percetakan, perbaiki, membacakan, dan sebagainya.
Konfiks bersifat morfem terbelah (Keraf, 1991:144). Artinya, prefiks (awalan) dan sufiks (akhiran) dilekatkan sekaligus pada awal dan akhir kata dasar. Sifat inilah yang membedakan konfiks dengan imbuhan gabung. Dalam konfiks, prefiks dan sufiks dilekatkan pada kata dasar secara bersamaan. Sedangkan pada imbuhan gabung, prefiks dan sufiks dilekatkan secara bertahap.
Kata kehujanan misalnya, dibentuk dari kata dasar hujan dan konfiks ke-an yang diimbuhkan secara serentak. Lain halnya dengan kata berpakaian. Kata berpakaian dibentuk dengan menambahkan sufiks ¬-an pada kata dasar pakai sehingga terbentuk kata pakaian. Sesudah itu barulah diimbuhkan prefiks ber-. Jadi, ke-an pada kata kehujanan adalah konfiks, sedangkan ber-an pada kata berpakaian merupakan imbuhan gabung.
b.    Kata Ulang (Reduplikasi)
Reduplikasi disebut juga bentuk ulang atau kata ulang. Keraf (1991:149) mendefinisikan bentuk ulang sebagai sebuah bentuk gramatikal yang berwujud penggandaan sebagian atau seluruh bentuk dasar sebuah kata. Dalam Bahasa Indonesia terdapat bermacam-macam bentuk ulang. Pengulangan dapat dilakukan terhadap kata dasar, kata berimbuhan, maupun kata gabung.
Kata yang terbentuk dari hasil proses pengulangan dikenal dengan nama kata ulang. Chaer (2006:286) membagi kata ulang berdasarkan hasil pengulangannya, yaitu
(1)     Kata ulang utuh atau murni
Kata ulang utuh atau murni merupakan kata ulang yang bagian perulangannya sama dengan kata dasar yang diulangnya. Dengan kata lain, kata ulang utuh atau murni terjadi apabila sebuah bentuk dasar mengalami pengulangan seutuhnya. Misalnya pada kata rumah-rumah, pohon-pohon, pencuri-pencuri dan anak-anak.
(2)     Kata ulang berubah bunyi
Kata ulang berubah bunyi merupakan kata ulang yang bagian perulangannya mengalami perubahan bunyi, baik itu perubahan bunyi vokal maupun bunyi konsonan. Kata ulang jenis ini terjadi apabila ada pengulangan pada seluruh bentuk dasar, namun terjadi perubahan bunyi. Kata ulang berubah bunyi yang mengalami perubahan bunyi vokal misalnya pada kata bolak-balik, gerak-gerik, dan kelap-kelip. Sedangkan kata ulang berubah bunyi yang mengalami perubahan bunyi konsonan misalnya pada kata sayur-mayur, lauk-pauk, gerak gerik, kelap kelip dan ramah tamah.
(3)     Kata ulang sebagian
Kata ulang sebagian merupakan pengulangan yang dilakukan atas suku kata pertama dari sebuah kata. Dalam pengulangan jenis ini, vokal suku kata pertama diganti dengan vokal e pepet. Kata-kata yang mengalami pengulangan sebagian antara lain lelaki, leluhur, pepohonan dan tetangga.
(4)     Kata ulang berimbuhan
Kata ulang berimbuhan merupakan bentuk pengulangan yang disertai dengan pemberian imbuhan. Chaer (2006:287) membagi kata ulang berimbuhan berdasarkan proses pembentukannya menjadi tiga, yaitu (1) sebuah kata dasar mula-mula diberi imbuhan kemudian baru diulang, umpamanya kata aturan-aturan; (2) Sebuah kata dasar mula-mula diulang kemudian baru diberi imbuhan, misalnya kata lari yang mula-mula diulang sehingga menjadi lari-lari kemudian diberi awalan ber- sehingga menjadi berlari-lari; (3) sebuah kata diulang sekaligus diberi imbuhan, umpamanya kata meter yang sekaligus diulang dan diberi awalan ber- sehingga menjadi bentuk bermeter-meter. 
c.    Kata Majemuk (Kompositum)
Kata majemuk atau kompositum adalah gabungan dari dua kata atau lebih yang membentuk satu kesatuan arti (Keraf, 1991:154). Masing-masing kata yang membentuk kata majemuk sebenarnya mempunyai makna sendiri-sendiri. Tetapi setelah kata tersebut bersatu, maka akan terbentuk kata baru yang maknanya berbeda dengan kata sebelumnya. Misalnya pada kata orang tua, saputangan, dan matahari.
d.    Kata Dasar
Kata dasar adalah kata yang merupakan dasar pembentukan kata turunan atau kata berimbuhan. Kata dasar biasanya terdiri atas morfem dasar, misalnya pada kata kebun, anak, bawa, merah, pada, dari, dan sebagainya. Bentuk kata ini dapat diturunkan menjadi kata jadian atau kata turunan yang berupa kata berimbuhan, kata ulang, dan kata majemuk.
Kata dasar berbeda dengan bentuk dasar. Bentuk dasar adalah bentuk yang dijadikan landasan untuk tahap pembentukan kata berikutnya (Keraf, 1991:121). Misalnya kata mempelajari. Pada awalnya kata dasar pelajar yang sekaligus menjadi bentuk dasar, diberi sufiks -i sehingga menurunkan bentuk pelajari. Selanjutnya, bentuk dasar pelajari (bukan kata dasar lagi) diimbuhkan prefiks mem- sehingga terbentuk kata mempelajari.
F.    PENGERTIAN KATA BERDASARKAN JENIS / KELAS KATA
Dalam sebuah bacaan bahasa Indonesia, terkandung banyak unsur bahasa yang berkaitan dengan makna kata dan ruang lingkupnya. Juga penggunaan gaya bahasa yang berhubungan dengan ungkapan dan bentuk-bentuk pemakaiannya.
Kata merupakan unsur yang sangat penting dalam membangun suatu kalimat. Tanpa  kata, tidak mungkin ada kalimat. Setiap kata mempunyai fungsi dan peranan yang berbeda sesuai dengan    kelas kata atau    jenis katanya.
Secara umum kelas kata terdiri dari beberapa macam, yaitu:
a.    Kata kerja (verba)
b.    Kata sifat (adjektif)
c.    Kata keterangan (adverbia)
d.    Kata benda (nomina)
e.    Kata ganti (pronomina)
f.    Kata bilangan (numeralia)
g.    Kata tugas
1. Kata Kerja (Verba)
Kata kerja ialah kata yang menyatakan perbuatan atau tindakan. Kata kerja biasanya berfungsi sebagai predikat. Suatu kata dapat digolongkan ke dalam kelas kata kerja apabila memenuhi persyaratan berikut.
(1)   Dapat diikuti oleh    gabungan kata    (frasa) dengan + kata sifat.
Contoh:
pergi    (Pergi dengan    gembira.)
tidur    (Tidur dengan    nyenyak.)
jalan    (Jalan dengan    santai.)
(2)   Dapat diberi aspek waktu, seperti     akan, sedang, dan telah.
Contoh:
(akan) mandi
(sedang) tidur
(telah) pergi
(3)   Dapat diingkari dengan kata tidak.
Contoh:
(tidak)    makan
(tidak)    lihat
(tidak)    pulang
(4)   Berawalan    me- dan ber-
Contoh:
Melatih            Berdiskusi
Melihat            Berpikir
Merakit            Berusaha
2. Kata Sifat (Adjektiva)
Kata sifat ialah kata yang dipakai untuk mengungkapkan sifat atau keadaan sesuatu, misalnya keadaan orang, binatang, benda. Kata sifat berfungsi sebagai predikat.
Suatu kata dapatdigolongkan ke dalam kelas     kata sifat apabila memenuhi persyaratan berikut.
(1)   Dapat diawali dengan kata sangat, paling dan diakhiri dengan kata sekali.
Contoh:
indah   (sangat    indah/indah sekali)
baik    (sangat    baik/baik sekali)
tinggi   (sangat    tinggi/tinggi sekali)
(2)   Dapat diberi awalan se- dan ter-.
Contoh:
luas    (seluas/terluas)            buruk    (seburuk/terburuk)
bodoh    (sebodoh/terbodoh)            baik    (sebaik/terbaik)
mudah    (semudah/termudah)
 (3)   Dapat diingkari dengan kata tidak.
Contoh:
murah    (tidak    murah)
sulit    (tidak    sulit)
pahit      (tidak    pahit)
3. Kata Keterangan (Adverbia)
Kata keterangan atau adverbia adalah kata yang memberi keterangan pada    verba, adjektiva, nomina predikatif,    atau kalimat.
Berikut adalah macam-macam adverbia.
1)    Adverbia dasar bebas,    misalnya: alangkah, agak, akan, amat, nian, niscaya, tidak, paling, pernah, pula, saja, saling.
2)    Adverbia turunan terbagi atas 3 bentuk berikut.
a.    Adverbia reduplikasi, misalnya; lagi-lagi, lebih-lebih, paling-paling.
b.    Adverbia gabungan, misalnya: belum boleh, belum pernah, atau tidak mungkin.
c.    Adverbia yang berasal dari berbagai kelas, misalnya: terlampau, agaknya, harusnya, sebaiknya, sebenarnya, secepat-cepatnya.
4. Kata benda (Nomina)
Kata benda ialah kata yang mengacu pada benda, orang, konsep,  ataupun    pengertian yang berfungsi sebagai objek dan subjek. Suatu kata dapat digolongkan ke dalam kelas kata benda apabila memenuhi persyaratan berikut.
(1)    Dapat diikuti oleh frasa yang + sangat.
Contoh:
Mobil            (mobil yang bagus/mobil yang sangat bagus)
Pemandangan         (pemandangan  yang indah/pemandangan yang sangat indah)
Pemuda        (pemuda yang gagah/pemuda yang sangat gagah)
(2)   Berimbuhan pe-, -an, pe-/-an, per-/-an, ke-/-an.
Contoh:
Permainan            kesehatan
pertunjukan
 (3)   Dapat diingkari dengan kata bukan.
Contoh :
Saya (bukan saya)
Roti (bukan roti)
Gubuk (bukan gubuk)
5. Kata Ganti (Pronomina)
Kata ganti atau pronomina adalah kata yang dipakai untuk mengacu pada nomina lain. Pronomina berfungsi untuk mengganti kata benda atau nomina.
Contoh:
Aku sudah mencoba membujuknya.
Kami sangat berharap kepada kalian.
Dia telah meninggalkan kita.
Itu memang miliknya.
6. Kata Bilangan (Numeralia)
Kata bilangan atau numeralia adalah kata yang dipakai untuk menghitung banyaknya orang, binatang, dan benda.
Contoh:
Ibu membeli gelas selusin.
Ia mendapat peringkat pertama di kelasnya.
Bapak Bardi memiliki dua puluh ekor kambing.
Sepertiga dari harta warisan itu disumbangkan ke panti asuhan.
7. Kata Tugas
Kata    tugas    dapat    dirinci    menjadi empat    jenis kata, yaitu (1) kata depan, (2) kata sambung, (3) kata sandang, (4) kata seru, dan (5) partikel.
(1)   Kata Depan (Preposisi)
Kata depan adalah kata yang menghubungkan dua kata atau dua kalimat.
Contoh:
di (sebelah) utara    = menunjuk arah
ke timur        = menunjuk arah
dari pasar        = menunjuk tempat
pada hari senin    = menunjuk waktu
(2)   Kata Sambung (Konjungsi)
Kata sambung adalah kata yang menghubungkan dua satuan bahasa yang sederajat: kata dengan kata; frasa dengan frasa, klausa dengan klausa.
Contoh :
adik dan kakak
makan atau minum
tidak makan, tetapi minum
ia tidak naik kelas karena bodoh
Adi meletakkan tasnya, lalu ia membuka seragamnya.
(3)   Kata Sandang (Artikula)
Kata sandang adalah kata tugas yang membatasi makna nomina.
Contoh:
sang guru        (sang bermakna tunggal)
para pemimpin    (para bermakna jamak)
si cantik        (si bermakna netral)
(4)   Kata Seru (Interjeksi)
Kata seru adalah tugas yang digunakan untuk mengungkapkan seruan hati.
Contoh:
Aduh, kakiku sakit sekali.
Astaga, mengapa kamu berani mencuri ?
Ayo, jangan putus asa.
“Wah, mahal sekali!” kata adik.
 Kata yang dicetak miring adalah kata seru. Contoh lain kata seru adalah hai, nah, oh, celaka, gila, Masya Allah, dan Alhamdulillah.
(5)   Partikel
Partikel adalah kategori atau unsur yang bertugas memulai, mempertahankan, atau mengukuhkan sebuah kalimat dalam komunikasi. Unsur ini digunakan dalam kalimat tanya, perintah, dan pernyataan (berita).
Contoh partikel: -lah, -kah, -tah, -deh, -dong, -kek, dan –pun


1 komentar: